Jakarta Lebih Ramah Individu Berkebutuhan Khusus
Hidup mendampingi individu berkebutuhan khusus bukanlah hal mudah dilalui. Harapan untuk dapat memiliki kota yang ramah pada keterbatasan individu berkebutuhan khusus menjadi sebuah harapan yang besar. Kota yang mampu memberikan rasa aman dan nyaman bagi mereka untuk dapat berkegiatan layaknya individu normal lainnya. Selain itu para individu berkebutuhan khusus juga bisa mendapatkan haknya sebagai seorang warga kota.
Ibu Tina Gayatri, seorang ibu yang dikaruniai anak penyandang autism telah banyak mengalami berbagai macam perilaku lingkungan sosial kepada putranya yang semata wayang. Dari hasil wawancara kami, mengalir cerita suka duka ketika berada ditempat umum dan harapannya terhadap kota tercinta Jakarta. Apa pendapat ibu terhadap kota Jakarta saat ini? Bagi saya Jakarta belum terlalu ramah pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), itu saya lihat dari fasilitas dan sikap masyarakatnya. Contohnya beberapa fasilitas umum yang sudah menyediakan tempat duduk prioritas bagi penyandang disabilitas, tetapi individu berkebutuhan khusus kategori brain disorder tidak masuk didalamnya. Hal ini saya sadari ketika tidak kategori tempat duduk prioritas diumumkan melalui pengeras suara. Walaupun pernah satu kali saya mendengar penjelasan bahwa area tersebut juga diperuntukan bagi individu dengan brain disorder.
Selain pada fasilitas kendaraan umum, apakah ibu juga punya harapan pada fasilitas lainnya? Ada, saya berharap papan petunjuk dibeberapa temapt seperti rumah sakit atau tempat umum lainnya dibuat lebih mudah dipahami. Misalnya seperti tanda toilet, petunjuk arah, dan sebagainya. Selain itu akan lebih membantu apabila fasilitas umum seperti pusat perbelanjaan mendapat edukasi yang cukup tentang karakteristik individu autistik, sehingga bisa disesuaikan. Seperti tidak menggunakan pengeras suara yang berlebihan, menyediakan pendamping pada tempat bermain atau hiburan yang siap membantu ketika individu autistik mengalami masalah.
Menurut ibu, apakah peran masyarakat juga menjadi penting pada kota ramah anak? Ya, sangat penting. Pengalaman yang saya temui adalah masih banyak orang-orang yang tidak bisa mengendalikan ekspresinya kalau melihat Individu Berkebutuhan Khusus (IBK) bertingkah “aneh,” misalnya dengan memperlihatkan kekagetan luarbiasa, ketakutan, sebal, marah, ngeri, jijik, atau bahkan takut. Reaksi berbeda terjadi saat ada ibu hamil, beberapa kali saya lihat langsung mengelus-elus perutnya sambil komat kamit merapal doa entah apa. Sepertinya mereka berharap bayinya kelak tidak seperti IBK yang dilihatnya. Sekolahpun belum ramah, sekolah khusus atau inklusi berbiaya sangat mahal. Tidak semua warga mampu menanggungnya, yang berlabel inklusi juga belum tentu punya sarana yang cukup untuk menangani ABK.”
Apakah ibu berharap suatu hari Jakarta akan ramah individu autistic? Ya, saya sangat berharap. Semoga suatu hari Jakarta akan memiliki dokter, lembaga terapi, pendidikan dan pelatihan IBK yang terpadu dan terjangkau. Fasilitas yang tepat sasaran, biaya ringan, pelayanan baik serta ramah. Selain itu harapannya akan muncul kesempatan kerja yang terbuka luas baik sebagai pegawai maupun wirausaha yang diperlakukan dengan bermartabat. Tempat umum dan lingkungan yang memahami serta menghormati IBK. Jakarta akan semakin ramah bila mampu memberikan program pembinaan bagi IBK yang belum mandiri, mungkin dengan membentuk rumah pembinaan yang terjangkau, baik jarak maupun biaya. Melalui rumah binaa dapat diberikan kegiatan yang bertujuan memberdayakan mereka. Harapan saya yang terakhir adalah IBK dan permasalahannya tidak dijadikan sebagai alasan kegiatan yang berkepentingan politik.
Beberapa orangtua IBK lainnya juga memiliki harapan pada kota Jakarta kedepannya. Ibu Isantia Dita Aisah berharap bahwa setiap sebagai orangtua, dan orang terdekat IBK serta instansi terkait harus lebih sering mengkampanyekan keberadaan IBK dan menunjang fasilitas-fasilitas untuk mereka agar Jakarta menjadi ramah untuk IBK. Sebagai warga Jakarta ibu Farch Medina mengungkapkan harapannya tidak banyak, hanya masyarakat Indonesia lebih banyak membaca saja saya sudah senang, karena dengan demikian mereka akan paham berbagai macam ilmu, paham mengenai autis, down syndrome, ADHD ataupun Asperger. Membaca soal bagaimana perjuangan anak-anak ini menuju kearah yang lebih baik. Punya rasa kasih dan empati, tidak hanya untuk autis saja tapi juga buat yang lain.
Jakarta yang semakin maju dengan berbagai macam kemajemukan tentunya terus berbenah diri. Harapan dari beberapa orangtua yang mendampingi IBK akan menyempurnakan keramahan Jakarta. Selamat ulang tahun Jakarta, kami siap menjadi warga kota ramah Individu Berkebutuhan Khusus. (Muliya S.P)