Bekal Hidup Yang Harus Dilatih Pada ABK
Terapi merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatkan perkembangan kemampuan anak dengan Autism Spectrum Disorder ASD, kali ini kami mewawancarai Ibu Yulianti, seorang terapis yang sudah bergelut di dunia terapi anak berkebutuhan khusus ABK selama enam belas tahun, di dalam sesi Q&A ini, ibu Yuli menyampaikan beberapa tips penting yang harus dilakukan untuk melatih kemandirian kepada anak, dan beberapa pengalaman beliau saat membimbing ABK.
Q: Apa yang menjadi motivasi ibu Yuli untuk menjadi seorang terapis?
A: Begitu berhadapan langsung dengan banyak individu autis dengan berbagai karakteristik khas mereka, membuat saya semakin ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai autisme. Apalagi ketika berinteraksi dan mengajar mereka juga dibutuhkan cara yang tidak biasa seperti sekolah pada umumnya. Hal ini membuat saya makin tertarik dan tertantang sehingga akhirnya mencoba untuk lebih banyak lagi belajar mengenai pendidikan anak autis hingga saat ini.
Q: Menurut ibu Yuli, kemampuan apa yang paling utama harus dikuasai dan diajarkan pada anak-anak dengan ASD?
A: Kemampuan mengatur perilaku, kemampuan menahan diri mengikuti aturan, kemandirian (bina diri) terutama melakukan segala kebutuhan pribadi, dan keterampilan komunikasi dasar. Setelah anak mampu mengatur prilakunya maka untuk mengajarkan kemampuan lain seperti akademis atau lainnya akan lebih mudah dilakukan.
Q: Apakah ada tips tertentu yang bisa ibu Yuli bagikan untuk mengajarkan kemandirian pada individu dengan autisme?
A: Mungkin banyak orang sudah mengetahui hal penting apa yg harus dimiliki untuk mengajar anak dengan ASD, tapi memang agak sulit pada pelaksanaannya, yaitu kesabaran dan konsistensi. Serta dibutuhkan pula kreatifitas, pengenalan yang baik terhadap perilaku juga sifat anak agar kita bisa masuk sehingga anak mau memperhatikan dan bersedia melakukan apa yang kita minta. Satu lagi yang juga penting dalam melatih kemandirian adalah biasakan anak untuk melakukannya, Contoh mana mungkin anak akan mandiri untuk makan bila terus disuapi hingga besar atau terus dipakaikan baju padahal mereka mampu melakukannya.
Q: Apakah ada pengalaman menarik yang dapat ibu Yuli bagikan selama membimbing anak dengan ASD?
A: Setelah berinteraksi dengan cukup banyak anak autis dengan berbagai karakteristik juga kelebihan dan kekurangannya, ternyata dalam beberapa hal mereka mempunyai kemiripan yang bisa dikelompokan, misalnya dalam hal gaya belajar, gaya berkomunikasi, sikap dan perilaku bila marah atau tantrum, dengan begitu ketika kita menemukan anak baru yang harus diterapi lalu kita bisa mengenali pola anak tersebut maka hal ini amat membantu dan lebih memudahkan kita menentukan pembelajaran seperti apa yg akan diterapkan pada anak tersebut. Satu hal yg saya pelajari, jangan kita takut mencoba karena menganggap mereka tidak akan mampu, tidak akan tertarik, atau hal2 lain yg kurang positif. Lakukanlah dan jalani serta nimati prosesnya.
Q: Tips dan pesan apa yang ibu Yuli dapat sampaikan kepada orangtua anak penyandang ASD diluar sana yg ingin mengajarkan kemandirian pada anaknya?
A:
Latih dan biasakan kemandirian sedini mungkin
Mulai dari hal-hal yang sederhana yang biasa dilakukan sehari-hari di rumah seperti mengambil minum, makan di meja makan, membuka dan menarik celananya sendiri saat buang air kecil, membuka-tutup dan menyalakan-mematikan lampu, membereskan barang-barang yang sudah selesai dipakai.
Jangan berpikiran bila kita membiarkan anak mengerjakan sendiri dan kita tidak membantunya itu artinya kita tega dan tidak sayang pada anak. Justru dengan memberikan keterampilan dasar kehidupan sehari-hari sejak dini pada anak kita itu menandakan kita peduli dan memberi bekal untuk kehidupan mereka kelak.
Dibutuhkan hati yang kuat, kesabaran yang tiada batas dan konsistensi yang teguh saat menjalankannya. Apresiasi perubahan sekecil apapun yang anak dan orangtua capai. Kadang kita belum bisa langsung melihat hasilnya, namun di satu hari nanti bukan hal yang mustahil anak merasakan manfaat dari apa yang orang tua lakukan.
Bila merasa lelah, luangkan waktu untuk diri sendiri, lakukan apa yang bisa membuat pikiran kembali tenang dan tenaga kembali terisi. Percayakan anak di tangan orang lain yang bersedia membantu. Terus berdoa dan mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Karena tidak ada yang bisa kita lakukan tanpa pertolongannya. (Muliya S.P)